Topik : PENETRASI PORTUGIS DI INDONESIA
Hindia
Timur atau Indonesia adalah sebuah Negara yang lama dikenal sebagai daerah
penghasil rempah-rempah seperti vanili, lada, cengkeh dan lain-lain.
Rempah-rempah ini digunakan untuk mengawetkan makanan, sebagai bumbu masakan,
penghangat tubuh dan bahkan sebagai obat-obatan. Karena kegunaannya,
rempah-rempah ini sangat laku dipasaran dan harganya pun mahal, kalau
diibaratkan harga rempah-rempah setara dengan harga emas saat ini. Hal inilah
yang mendorong para pedagang Eropa, yang diawali oleh Portugis datang ke
Indonesia dan memonopoli perdagangan rempah-rempah.
Secara
umum, kedatangan Portugis ke Asia termasuk Indonesia dilandasi keinginan untuk
berdagang, menyalurkan jiwa penjelajah, dan juga menyebarkan agama. Yang mana
sebab serta tujuan tersebut biasa kita kenal dengan tiga unsur yaitu: gold yang
artinya mencari kekayaan, glory yang artinya mencari kemuliaan bangsa dan
gospel yaitu menyebarkan agama. Pada awalnya, tujuan Portugis ke Indonesia
hanya untuk membeli rempah-rempah dari petani Indonesia. Namun, dengan meningkatnya
kebutuhan industri di Eropa akan rempah-rempah, mereka kemudian mengklaim
daerah-daerah yang mereka kunjungi adalah daerah kekuasaannya. Di daerah tersebut, mereka memonopoli perdagangan
rempah-rempah dan mengeruk kekayaan alam sebanyak mungkin. Karena hanya orang Portugis
yang menguasai daerah tersebut, maka penentuan harga akan rempah-rempah
diputuskan oleh orang Portugis juga.
Untuk
memperoleh hak monopoli perdagangan, Portugis tidak jarang melakukan dengan
cara pemaksaan. Salah satunya mereka membuat perjanjian dengan penguasa
setempat, yang mana isi perjanjian tersebut jelas menguntungkan bagi pihak
Portugis. Selain mengadakan perjanjian dengan penguasa setempat, orang Eropa
juga ikut campur dalam urusan politik suatu daerah. Dalam hal ini, bangsa Eropa
selalu mengadu domba kelompok masyarakat atau wilayah dan kemudian mendukung
salah satunya. Dengan cara inilah bangsa Eropa dapat mempengaruhi penguasa dan
memperoleh hak istimewa dalam berdagang.
Ekspedisi
pertama untuk mencari sumber rempah-rempah di Indonesia dilakukan oleh bangsa
Portugis dan Spanyol. Pada tahun 1486 Bartholomeus Diaz mencoba mencari sumber
dari rempah-rempah (Indonesia), namun sampai ditengah jalan ia gagal. Kemudian
pada tahun 1497, Vasco Da Gama melanjutkan penelusuran jalan menuju Indonesia.
Ekspedisi yang dilakukan Vasco Da Gama tidak sia-sia, pada tahun 1498, Vasco da
Gama tiba di pantai India, yaitu di Kalikut dan mengadakan hubungan dagang.
Namun, orang Portugis masih belum puas, mereka akhirnya menjelajahi daerah
timur lainnya, yaitu Malaka dan Maluku. Beberapa tahun kemudian Vasco Da Gama
kembali ke perairan India dengan perintah dari raja Portugis untuk menghentikan
semua pelayaran Arab antara Mesopotamia dan India.
Selama
Vasco Da Gama kembali ke India, bangsa Portugis yang ada di Malaka mendapat
perlakuan yang tidak enak oleh sultan Malaka. Pada awalnya Portugis disambut
dengan baik, namun kemudian diserang secara tiba-tiba tanpa peringatan.
Albuquerque mendengar semua kejadian tersebut setelah dia berhasil menaklukkan
kota Goa, yang merupakan pijakan pertama imperium bagi Portugis untuk melakukan
penaklukkan terhadap negara-negara yang ada di Asia Tenggara. Alfonso de
Albuquerque menggantikan posisi Vasco Da Gama di Malaka. Karena tidak terima
dengan perlakuan Sultan Malaka terhadap bangsa Portugis, terjadilah perang
antara orang Islam dengan orang Kristen di Indonesia. Dengan pukulan pertama,
pasukan Portugis berhasil menjatuhkan Negara Malaka, pada tahun 1511 Malaka
jatuh ke tangan Portugis, hal ini membawa akibat jauh bagi perkembangan
kehidupan sosial di Indonesia, tetapi tiga kerajaan islam lainnya bangkit untuk
tetap mempertahankan agama islam di kepulauan Indonesia, yakni Kesultanan Aceh
di Sumatra bagian utara, Demak di Jawa, dan Ternate di Maluku.
Kepulauan
rempah-rempah sudah menjadi legenda di Eropa sebagai sumber kekayaan bangsa
timur. cengkeh dan pala adalah produknya. Kapal Magellan Victoria adalah yang
pertama membawa cengkeh langsung dari Maluku ke Eropa, dimana penjualan itu
mendapatak untung sebesar 2.500 persen. Cengkeh aslinya hanya tumbuh di
pulau-pulau kecil Ternate, Tidore, Halmahera, dan sedikit pulau lainnya.
Sementara pala adalah produk utama Ambon dan Kepulauan Banda.
Portugis berharap memegang monopoli atas ekspor rempah-rempah itu. Tapi Portugis tidak bisa untung besar jika mereka tidak menyingkirkan semua calo dan membawa rempah-rempah itu langsung ke eropa. Tapi menjaga keuntungan besar seperti ini bergantung pada jumlah rempah-rempah yang bisa mereka kirim. Kalau portugis ingin harag tetap tinggi, mereka harus memegang monopoli dan membatasi ekspor dan bahkan menguasai daerah yang menjadi pusat penghasil rempah-rempah tersebut.
Portugis berharap memegang monopoli atas ekspor rempah-rempah itu. Tapi Portugis tidak bisa untung besar jika mereka tidak menyingkirkan semua calo dan membawa rempah-rempah itu langsung ke eropa. Tapi menjaga keuntungan besar seperti ini bergantung pada jumlah rempah-rempah yang bisa mereka kirim. Kalau portugis ingin harag tetap tinggi, mereka harus memegang monopoli dan membatasi ekspor dan bahkan menguasai daerah yang menjadi pusat penghasil rempah-rempah tersebut.
Malaka
adalah daerah yang menjadi pusat perdagangan yang mana sangat ramai dikunjungi
pedagang di seluruh dunia. Sedangkan Maluku adalah daerah sumber rempah-rempah.
Bagi Portugis, cara mudah untuk menguasai perdagangan di sekitar Malaka dan
termasuk juga Maluku, ialah dengan cara menguasai dan merebut Malaka. Semula
Portugis bermaksud akan menjadikan Malaka menjadi pusat perniagaan di kawasan
Asia Tenggara. Karena Malaka merupakan daerah yang mempunyai kedudukan yang
sangat penting bagi dunia perniagaan. Sehingga ada yang berpendapat bahwa,
barang siapa yang ingin menguasai Asia Tenggara, harus menguasai Malaka
terlebih dahulu.
Namun,
setelah Malaka dikuasai oleh Portugis hal ini malah memperburuk keadaan Malaka
dimasa tersebut, Malaka menjadi daerah yang sepi dan tidak banyak dikunjungi
oleh para pedagang. Hal tersebut dapat terjadi karena tingginya pajak yang
dipungut oleh Portugis bagi saudagar-saudagar yang singgah di Malaka. Dan juga
orang Portugis kurang mendapat simpati dari penduduk setempat berhubung dengan
sikap dan perilaku yang cenderung tidak sependapat dengan penduduk setempat,
yang sebab yang lain tidak diterimanya Portugis dengan baik, karena berusaha
menyebarkan agama Kristen.
Peristiwa
jatuhnya Malaka ke tangan Portugis mendatangkan keuntungan bagi kota-kota
pelabuhan di pesisir utara pulau Jawa. Karena untuk menghindari Malaka,
saudagar Islam khususnya memindahkan rute perjalanannya dari jalur niaga utara
ke luar niaga selatan melalui pesisir utara pulau Jawa. Namun selain itu, Indonesia
perlahan-lahan berubah akibat dampak suatu agama baru dan peningkatan
intensitas perdagangan asing, ketika kedatangan Portugis yang mendadak
mempercepat proses evolusinya. Portugis datang ke timur untuk mencari sumber
kekayaan di Negara penghasil rempah-rempah, kebijakan mereka ke Indonesia
didorong oleh perang salib, karena pada masa itu Indonesia merupakan daerah
kerajaan islam.
Selama
di Indonesia Portugis menjalin hubungan baik dengan kerajan Sunda dan kerajaan
Blambangan yang berada di ujung Timur Pulau Jawa. Raja Sunda memperlakukan
Potugis dengan baik karena mempunyai maksud untuk mengimbangi kekuatan Kerajaan
Demak yang bernafaskan Islam. Karena Malaka sudah menjadi daerah yang sepi dan
tidak disinggahi para saudagar lagi, Portugis berusaha menguasai jalur niaga
selatan dan sekaligus menguasai Demak.
Dalam
rangka menguasai jalur niaga selatan yang melewati Maluku, Nusa Teenggara,
Pulau Jawa, Pantai Barat Sumatra dan terus ke India melalui pesisir utara pulau
Jawa yang mana merupakan dearah kekuasaan Demak, langkah pertama yang diambil
bangsa Portugis yaitu mengadakan perjanjian dengan Raja Sunda, yaitu perjanjian
dagang, terutama lada. Perjanjian dagang tersebut kemudian diwujudkan pada
tanggal 21 Agustus 1522 dalam bentuk dokumen kontrak yang dibuat rangkap dua,
satu salinan untuk raja Sunda dan satu lagi untuk raja Portugal. Pada hari yang
sama dibangun sebuah prasasti yang disebut Prasasti Perjanjian
Sunda-Portugal di suatu tempat yang saat ini menjadi
sudut Jalan Cengkeh dan Jalan Kali Besar Timur I, Jakarta Barat. Dengan
perjanjian ini maka Portugis dibolehkan membangun gudang atau benteng di Sunda
Kelapa.
Untuk
menggagalkkan pendirian benteng diwilayah Sunda Kelapa atau Pelabuhan Kelapa,
Kerajaan Aceh, Johor, dan Demak bersatu dan bahkan mungkin bisa menjadi bencana
bagi Portugis. Namun koalisi antar kerajaan tersebut tidak berjalan secara
mulus dan akhirnya penguasa Demak memutuskan untuk bertindak sendiri. Demak
menyiapkan sebuah armada yang terdiri atas 100 kapal, dengan 10.000 pelaut dan
tentara. Portugis memperoleh kemenangan mutlak dan hanya sedikit kapal musuh
yang selamat. Walaupun begitu, kekalahan itu tidak mematahkan kekuasaan Demak.
Sebaliknya, Demak terus memperluas jangkauan pengaruhnya lewat aksi-aksi
militer yang berhasil di sepanjang pantai utara Jawa.
Pada
tahun 1521 Spanyol tiba di Maluku, hal ini membuat Portugis menyadari bahwa
mereka sudah harus memperkuat posisi di kepulauan Maluku. Pembangunan benteng
menjadi kebutuhan yang mendesak. Raja Ternate dan Tidore mengundang Portugis
untuk membangun kantor pusat didaerah Ternate dan Tidore. Raja Ternate dan
Tidore mengharapkan keuntungan besar dari perdagangan dengan bangsa Portugis,
dengan kemungkinan mendapatkan harga lebih mahal dari barang dagangan mereka. Pilihan
antara Ternate dan Tidore merupakan pilihan yang sulit bagi Portugis. Akhirnya,
portugis lebih memilih bersekutu dengan Ternate. Ketika Perjanjian yang dibuat
antara portugis dan Raja Ternate menjamin raja Portugis akan memonopoli
perdaganagn cengkeh. Tapi kehadiran portugis di Maluku berdampak pada
peningkatan produksi rempah. Perkebunan cengkeh mulai ada pada abad ke 16 di
pulau-pulau lain seperti Ambon dan Buru. Dan pedagang jawa bisa datang dengan
mudah ke pulau ini.
Pada tahun 1527,
armada Demak di bawah pimpinan Fatahillah/Falatehan menyerang Sunda dan
Portugis, dan akhirnya dapat menguasai Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon.
Armada Portugis dapat dihancurkan oleh Fatahillah/Falatehan dan ia kemudian
mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta yang artinya kemenangan besar,
yang kemudian menjadi Jakarta. Dengan digagalkannya pembangunan benteng
Portugis di Pelabuhan Kalapa, maka gagal pula rencana Portugis untuk menguasai
jalan niaga selatan dan juga menguasai Pulau Jawa.
ilmiah sekali postingannya,,,
BalasHapustapi menarik
Kunjungan blogwalking.
Sukses selalu..
kembali tak lupa mengundang juga rekan blogger
Kumpul di Lounge Event Blogger "Tempat Makan Favorit"
Salam Bahagia